Categories
berita

Stylish : Kaos Oblong yang dikenakan oleh Calon Bupati Pasuruan nomor urut 02 mas Rusdi bentuk dari kampanye memperkenalkan kapada masyarakat untuk senantiasa tidak hanya pandai gagasan minim realisasi

Gak Ndakik Ndakik

Oleh: Rohani Siswanto

(Dewan Pakar Tim Pemenangan Paslon No.Urut 2)

“Gak Ndakik Ndakik” adalah ungkapan dalam Bahasa Jawa yang bisa bermakna “berbicara terlalu tinggi” dan bahkan dalam konotasi negative bisa bermakna menyombongkan diri, tidak menyesuaikan dengan kondisi dan realita yang ada. Ungkapan ini terlontar oleh Paslon Nomor 02 Gus Shobih Asrori dalam debat Cawabup Kabupaten Pasuruan tanggal 27 Oktober 2024 yang lalu untuk menjawab penyampaian Cawabup Nomor 01 Ning Wardah Nafisah. Banyak yang menganggap ungkapan “gak ndakik ndakik” adalah ungkapan spontan gus shobih untuk merespon ning wardah yang banyak menggunakan istilah asing, bahkan ada yang mengklaim  gus shobih kalah kelas karena tidak bisa menyampaikan istilah-istilah seperti paslon Nomor 1, maklum hanya lulusan kejar Paket C melawan calon wakil bupati lulusan London.

Gus Shobih adalah politisi berpengalaman yang sudah 7 (tujuh) kali terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Pasuruan. satu tolak ukur keberhasilan anggota DPRD adalah Ketika dia bisa terpilih Kembali (apalagi sampai tujuh kali berturut-turut), artinya yang bersangkutan termasuk yang mendapatkan pandangan baik dan dipercaya  di mata konstituen di daerah pemilihannya.  Berbeda dengan eksekutif. Bupati dan wakil bupati sebagai eksekutif  akan dikatakan berhasil, salah  satunya jika bisa menjalankan apa yang menjadi Visi  Misi dan program Prioritas yang telah disampaikan pada saat pendaftaran dan masa kampanye yang kemudian dikongkritkan Kembali didalam Rencana Pembangunan Jangka   Menengah Daerah (RPJMD) Ketika sudah terpilih. Inilah yang akan dinilai sejauh mana konsistensi antara rencana yang sudah dijanjikan  semasa kampanye  dengan pelaksanaannya nanti ketika sudah diberi mandat menjadi Bupati dan wakil  Bupati. Inilah Bedanya dengan Anggota DPRD.  Anggota DPRD tidak punya Visi Misi Ketika mencalonkan diri. Anggota DPRD tanggungjawab utamanya adalah memperjuangkan kepentingan konstituen di daerah pemilihannya sebagaimana sumpah jabatan saat pelantikan, sedangkan  Bupati dan wakil Bupati bertanggungjawab melaksanakan visi misi dan program prioritas yang disampaikan saat terpilih nanti menjadi Bupati dan Wakil  Bupati. Karena itu membandingkan “Apple to Apple” kinerja mereka yang duduk di eksekutif (Bupati dan Wakil Bupati) dengan anggota DPRD sangatlah tidak berimbang karena memang dari awal tupoksi, kewenangan dan tanggungjawabnya berbeda.

Pengalaman Gus Shobih berkaitan dengan masyarakat kabupaten pasuruan tidak hanya sebagai anggota legislative. lulusan kejar Paket C ini (sepertinya kebanyakan lulusan santri salaf pada umumnya yang lebih  mengutamakan Pendidikan di sisi agama) sudah lebih dari 20 tahun mendapatkan  kepercayaan dari Nahdlatul Ulama Kabupaten pasuruan,  menjadi ketua Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) An-Nahdiyah yang memberikan pelayanan setiap  tahun kepada jamaah haji dari seluruh kecamatan di Kabupaten Pasuruan. Saya  merasakan betul bagaimana ketelatenan gus shobih dalam melayani jamaah haji, karena pernah melaksanakan haji bersama di tahun 2018. Waktu itu sebelum berangkat, saya minta bisa satu kamar agar bisa lebih dekat dengan beliau, karena kebetulan memang kami masih satu kantor di DPRD Kabupaten Pasuruan. Pada akhirnya, Tepat Ketika pelepasan jamaah haji di perkantoran raci, kami menemukan ada jamaah yang sudah tua dengan kursi roda, dititipkan ke gus shobih karena tidak  ada yang mendampingi sampai ke Tanah  Suci, sehingga praktis gus shobihlah sebagai ketua rombongan yang harus selalu mendampingi, bahkan harus sekamar dengan jamaah tersebut. Sebagai tambahan informasi, Bapak ini paling tidak 3 (tiga) kali dalam sehari  popoknya harus diganti, dan setiap saat  harus selalu di lap wajahnya karena selalu keluar air liur dari mulutnya. disitulah saya melihat secara langsung bagaimana ketelatenan dan kesabaran gus shobih Asrori dalam melayani  jamaah haji (Jujur saya hanya bertahan satu hari sekamar beliau).

Singkat Cerita, dengan Pengalaman Gus Shobih  Asrori politisi yang sudah 7 (tujuh)  kali terpilih menjadi anggota DPRD  serta sudah lebih dari 20 (dua puluh) tahun melayani jamaah haji dalam  KBIH  An-Nahdliyah,  tentu faham betul bagaimana karakter masyarakat kabupaten Pasuruan dari berbagai profesi dan berbagai wilayah, mengerti  betul apa yang menjadi prioritas kebutuhan masyarakat Kabupaten Pasuruan di setiap wilayah, tetapi memang keterbatasan kewenangan DPRD dalam mengawal kebijakan-kebijakan yang sudah digariskan oleh eksekutif menjadi penghalang dalam melakukan perubahan-perubahan Fundamental terhadap Garis-garis besar kebijakan dan penganggaran. karena itu, Ketika terucap ungkapan “nggak  Ndakik – Ndakik” dari beliau, menurut pandangan saya,  inilah titik puncak keinginan untuk merubah kabupaten pasuruan menjadi lebih maju, Sejahtera dan berkeadilan.                     Pada intinya jangan bicara program yang muluk – muluk, kalau persoalan mendasar seperti kebutuhan air bersih warga, Banjir yang rutin terjadi tiap tahun, warga yang hidup di kampung-kampung kumuh,   jalan  rusak yang puluhan tahun tidak pernah diperbaiki, kelangkaan pupuk untuk petani, anak muda yang kesulitan mencari  pekerjaan, rendahnya  insentif pendidik dan tenaga Kesehatan serta persoalan mendasar lainnya,  tidak mampu diselesaikan dalam kesempatan pemerintahan  yang sudah dijalani. Bagaimanapun kedua Paslon ini secara Tegas sudah menyampaikan dalam debat yang pertama, Gus mujib Paslon  Nomor 01  semangatnya  “melanjutkan” sedangan Mas Rusdi Paslon Nomor 02 Semangatnya Perubahan.

Pesan yang disampaikan Gus Shobih dengan ungkapan “Gak Ndakik Ndakik” jelas, bahwa ini adalah Kabupaten Pasuruan yang tidak semua dari 1,6 Juta penduduknya merasakan hasil Pembangunan. Dimana-mana ditemukan ketimpangan dan kesenjangan, tidak sulit menemukan daerah kumuh di kabupaten pasuruan, tidak sulit menemukan jalan rusak di kabupaten pasuruan, Setiap  musim hujan kita akan banyak menemukan daerah-daerah yang rutin tergenang banjir, namun Ketika  kemarau kita juga akan menemukan banyak tumpukan jurigen air di kantong-kantong kekeringan seperti lumbang, padahal dibawahnya air melimpah bahkan dikirim  sampai ke Surabaya. Kita juga akan  banyak menemukan UMKM yang hanya dimanfaatkan untuk mengisi pameran-pameran tanpa pernah ada Upaya dan pemikiran terhadap kelangsungan usahanya, kita juga akan banyak menemukan sulitnya akses pekerjaan padahal ribuan Perusahaan  berdiri di Pasuruan. Itulah beberapa alasan yang sebenarnya menguatkan tekad paslon 02 untuk melakukan perubahan – perubahan fundamental terutama dalam bidang keberpihakan dan alokasi anggaran, sehingga persoalan-persoalan mendasar seperti tersebut diatas bisa di prioritaskan.

“Gak Ndakik-Ndakik” menjadi peringatan keras yang seakan membuka mata kita semua bahwa ini adalah pasuruan bukan jakarta atau London. Pasuruan yang terbentang dari nguling sampai  Gempol, dari Kraton sampai  Tosari,  memiliki keberagaman dan permasalahan yang berbeda-beda dan membutuhkan keseimbangan dalam penyelesaian persoalan yang ada didalamnya. Karena itu, membumilah agar program-program yang ditawarkan sesuai dengan apa yang menjadi prioritas kebutuhan Masyarakat. Kita tidak bisa membayangkan bagaimana potensi gesekan antar  nelayan terhadap implementasi program 1 (satu) kelompok nelayan 1 (satu) Perahu, apalagi  jika kemudian pembagiannya tidak merata. Kita sama-sama tahu bagaimana karakter saudara-saudara kita yang hidup  di Kawasan pesisir Pantai. Belum lagi terkait  kecukupan anggarannya. Berdasarkan data BPS tercatat ada 8.545 nelayan di wilayah kabupaten pasuruan yang jika jumlah tersebut dibagi per kelompok  20 orang maka akan ada sekitar 427 kelompok nelayan yang jika harga per perahu dibuat rata-rata 40 Juta, maka  anggaran yang dibutuhkan sekitar 17 Milyard untuk mencukupi  kebutuhan perahu kelompok nelayan. Jumlah tersebut tentu akan lebih terasa dampaknya jika digunakan untuk membuat tambatan perahu nelayan dan tangkis laut sebagaimana keinginan mayoritas masyarakat yang tinggal diwilayah  pesisir Pantai.

“Gak Ndakik ndakik” juga menjadi sindiran terhadap program 10.000 Bea siswa yang disampaikan paslon Nomor 1 apalagi kemudian di upgrade menjadi 1 (satu) keluarga 1 (satu) sarjana saat debat berlangsung. Sudah menjadi rahasia umum bahwa bea siswa di Kabupaten Pasuruan selama ini tidak pernah dapat di akses oleh publik secara transparan, bahkan Sebagian besar dari kita tidak pernah tahu  kalau ada Bea siswa di Kabupaten pasuruan. Bea siswa hanya diperuntukkan untuk Sebagian guru madin pada jurusan tertentu yang quota dan kriterianya tidak pernah dibuka secara umum ke  public, lalu Incumbent dengan semangat “melanjutkan” tiba-tiba membawa program 10.000 bea siswa atau 1 (satu) keluarga 1 (satu) sarjana.

“Gak Ndakik Ndakik” juga Ketika bicara tentang program  4 (empat) Sport Centre dari Paslon Nomor 01, sedangkan di sisi lain Impian Persekabpas melihat stadion kebanggaannya  staidon R Sudarsono  Pogar Bangil minimal setara   seperti stadion-stadion punya kabupaten tetangga sampai dengan saat ini belum bisa terlaksana. Stadion kebangggan Persekabpas itu sampai saat ini bahkan tidak bisa memainkan sepakbola dimalam hari karena tidak pernah dianggarkan lampu stadion yang memadai.

“Gak Ndakik Ndakik” juga menjadi sindiran untuk Program  2.000 KM jalan mulus ke desa-desa, sedangkan  selama 5 (lima) tahun pemerintahan yang sudah dijalani Incumbent Masih ada 208,15 KM jalan dalam kondisi Rusak dan 257,57 Km dalam Kondisi rusak berat.

“Gak Ndakik Ndakik juga menjadi sindiran ketika berbicara tentang anggaran pendidikan. Ironis sekali, dengan anggaran lebih dari I (satu) Trilyun di bidang Pendidikan dalam APBD kita, masih terdapat 116 Ruang Kelas SD yang tidak bisa dimanfaatkan siswa, ada 218 Ruang kelas SD dalam kondisi Rusak berat  yang tentu  akan beresiko kepada keselamatan anak-anak kita ketika proses belajar mengajar. Belum lagi Ketika membahas program  100 Milyard untuk Lembaga Pendidikan dan Pondok Pesantren. Hari ini dasar  perencanaan pemerintah daeraH sudah menggunakan Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD) sehingga pendekatan anggaran dengan mematok plafon atau Batasan di awal tentu kurang tepat, karena anggaran harus didasarkan pada perencanaan kebutuhan yang masuk dari bawah melalui SIPD baru kemudian pemerintah daerah menentukan plafonnya. Ini Maksudnya, jangan sampai  terjadi   anggaran dipaksakan “Ketika kuotanya kurang diperencanaan maka  akan dipaksakan  besarannya dan Ketika usulannya melebihi plafon yang sudah di patok awal akan  mengorbankan banyak Lembaga tanpa mempertimbangkan skala prioritas.. Inilah  substansi yang ingin disampaikan oleh Mas Rusdi dalam debat yang pertama bahwa Anggaran itu harus didasarkan pada kebutuhan bukan kedekatan.

Karena itu paslon 02 hanya ingin mengirim pesan “OJOK NDAKIK NDAKIK”.

Salam Kupluk 2

Menjemput Perubahan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *